Jumat, 16 November 2012

Hikmah Menjadi Pengembala

Dalam hadist Bukhari disebutkan bahwa Allah tidak pernah mengirimkan utusan yang tidak pernah jadi pengembala. Semua nabi pasti pernah menjadi pengembala. Jadi apa hikmah menjadi pengembala? Pasti ada hikmah dari pengalaman menjadi pengembala dan secara spesifik adalah pengembala domba (sheep). Beberapa hikmah menjadi pengembala :




1. Belajar Tanggung Jawab

Biasanya seorang pengembala adalah orang yang bekerja untuk orang lain. Artinya dia adalah pegawai atau orang yang dibayar oleh orang lain. Jadi mereka harus melapor kepada atasannya yaitu si pemilik ternak. Seorang pengembala tidak boleh kembali kepada pemilik ternak dan mengatakan “Saya mohon maaf telah kehilangan salah satu domba anda, karena domba anda bodoh”. Tidak peduli apa yang dilakukan oleh binatang ternak tersebut, si pengembala harus bertanggung jawab. Apapun yang terjadi pada domba tersebut walaupun itu salah si domba, tetap si pengambala yang harus bertanggung jawab. Anda tidak bisa bilang kepada si pemilik bahwa “Yang salah adalah domba anda, bukan saya”. Si pengembala harus bertanggung jawab walaupun para binatang ternak itu pintar ataupun bodoh, bersatu atau bercerai, walaupun penurut atau suka membangkang.

Jadi para nabi belajar bertanggung jawab atas domba tersebut walaupun domba itu tidak bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Ini adalah pelajaran yang sangat penting bagi para pemimpin, anda harus bertanggung jawab atas bawahan anda apapun yang terjadi.

Suatu hari nanti para Nabi ini akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas umatnya.




2. Belajar Sabar

Membawa domba ke ladang harus sabar. Karena mereka sangat lambat, mereka juga bisa berantem dengan sesama, atau mereka bermain. Yang bisa dilakukan oleh seorang pengembala hanyalah bersabar dan menunggu sampai mereka selesai bermain atau selesai berantem. Kita juga tidak bisa bilang kepada para domba ini untuk segera menyelesaikan permainannya.

Saat para domba ini bermain, si pengembala biasanya cukup duduk di atas batu dan menunggu sampai mereka bisa diatur lagi. Pengembala harus sabar menghadapi mereka walaupun kedua pihak ini tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Hal ini dilakukan setiap hari oleh para Nabi, dimana mereka harus pergi pada pagi hari dan pulang sebelum matahari terbenam selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun.

Dengan pengalaman ini Para Nabi belajar untuk sangat sabar terhadap umatnya. Contoh yang paling lama jadi pengembela adalah Nabi Musa. Nabi Musa menjadi pengembala selama 10 tahun, Muhammad SAW hanya 5 tahun. Memang tidak ada informasi berapa lama Nabi Musa menjadi pengembala (apakah 8 tahun atau 10 tahun). Rasulullah ingin tahu sehingga ia bertanya kepada Malaikat Jibril. Jibril menjawab “Ia menjadi pengembala hingga sempurna”. Berarti angkanya bulat yaitu 10 tahun.

Kenapa Nabi Musa harus lebih lama? Karena umat Nabi Musa adalah umat yang paling keras kepala dibandingkan umat lain. Sebab itu Nabinya pun harus lebih kuat dibandingkan dengan Nabi lain. Nabi Musa melalui banyak pengalaman yang berat tapi ia sangat sabar menghadapi umatnya.

Nabi Nuh selama 950 tahun berdakwah dan sangat sabar menghadapi umatnya. Bayangkan melakukan hal yang sama kepada orang yang sama dan ditolak terus selama 950 tahun.




3. Belajar Melindungi

Salah satu tugas pengembala adalah melindungi binatang ternaknya. Banyak bahaya yang mengancam para domba, yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Apakah itu serigala, binatang lain, penyakit, dll. Seorang pengembala harus mengetahui semua ini dan memastikan bahwa tidak ada domba yang dalam keadaan bahaya.

Ini adalah salah satu tugas utusan Allah SWT. Seorang Nabi harus melindungi umatnya. Rasulullah SAW selalu memperingatkan umatnya soal setan, soal dajjal. Rasul pernah berkata pada sahabatnya “Saya telah memperingatkan tentang dajjal lebih banyak dibandingkan Nabi lain. Jika ia datang saat saya masih hidup, saya akan menghadapinya. Jika ia datang setelah saya meninggal, maka semua orang bertanggung jawab atas keselamatannya masing-masing”.




4. Memberikan Petunjuk dan Peringatan Tanda Bahaya

Karena domba memiliki kaki yang pendek, penglihatan mereka sangat terbatas. Berbeda dengan manusia yang berdiri tinggi, si pengembala bisa melihat lebih luas dan bisa melihat bahaya yang datang dari jauh. Jadi tugas si pengembala adalah mengarahkan para domba ini supaya dapat menghindari bahaya.

Ini jugalah yang menjadi tugas para Nabi, mereka lebih tahu daripada kita mana yang berbahaya dan mana jalan yang benar. Itulah yang dilakukan oleh para Nabi. Analogi yang diberikan Rasulullah SAW adalah ibarat kita sedang duduk dekat api di malam hari. Nyamuk dan semua insekta yang bisa terbang tertarik dengan api karena mengira api ini adalah cahaya. Mereka sama sekali tidak tahu kalau api ini akan membakar mereka. Manusia tertarik pada api ini karena mengira api ini baik bagi kita, sedangkan Rasul berusaha menarik baju kita supaya kita tidak terbakar oleh api tersebut. Sedangkan manusia tetap berusaha untuk memegang api tersebut. Rasulullah SAW berusaha agar kita tidak masuk dalam api neraka tetapi kita sendiri berusaha untuk masuk ke api neraka tidak mengetahui kalau itu akan membinasakan kita. Para Nabi memberikan peringatan kepada pengikutnya. Ini memang tugas mereka.




5. Kesederhanaan

Seorang pengembala harus sederhana saat melakukan tugasnya. Mereka tidak bisa membawa Mercedes Benznya ataupun jam Rolexnya saat bekerja. Anda juga tidak bisa membawa TV, kulkas, laptop, dll saat menjalankan tugas walaupun jika si pengembala ini adalah orang kaya. Karena bekerja di padang pasir sangatlah berat. Anda harus ringan dan sederhana. Semakin sedikit asesoris yang kita pakai semakin memudahkan pekerjaan kita sebagai pengembala.

Menjadi pengembala mengajarkan para Nabi untuk hidup sederhana. Mengajarkan mereka untuk memakan makanan yang sederhana, memakai pakaian yang sederhana, dan mereka juga belajar untuk berfikir sederhana. Menyederhanakan yang rumit.

Mereka juga belajar untuk menyesuaikan diri dengan berbagai macam kondisi. Hujan, panas, badai, dan dalam kondisi apapun mereka tetap harus memberi makan domba-domba tersebut dan saat hujan si pengembala adalah orang terakhir yang berteduh setelah semua dombanya dapat berteduh.

Pengalaman ini membuat para Nabi selalu bisa menyesuaikan diri dimana pun mereka berada. Mereka dapat menyesuaikan diri dengan berbagai macam budaya saat mereka berdakwah nantinya.



6. Mendekatkan diri pada alam yang merupakan ciptaan Allah SWT

Bekerja sebagai pengembala, artinya kita bekerja di alam ciptaan Allah SWT. Jauh dari dunia artifisial seperti di kota. Dalam Quran ada banyak cerita tentang semua ciptaan Allah SWT yang ada di alam. Matahari, bulan, laut, bintang, surya, gunung, sungai, tumbuhan, dll. Kenapa Allah banyak bercerita tentang ciptaan-ciptaanNya di Quran? Karena ciptaan Allah SWT adalah cerminan dari kemampuan dan keagungan Allah SWT. Jika kita ingin belajar tentang kebesaranNya, kebijaksaanNya, ilmuNya, dan nama-namaNya, kita bisa belajar dari mempelajari ciptaanNya.

Dengan menjadi pengembala kita punya berkesempatan untuk dekat dengan alam dan merenungi semua ciptaan-ciptaan Allah SWT. Rasulullah SAW benar-benar memanfaatkan kesempatan ini saat beliau menjadi pengembala. Beliau sering merenungi ciptaan-ciptaan Allah SWT dan memikirkan hikmah-hikmah yang ada dibalik semua ciptaan Allah SWT.



Hal lain yang perlu direnungi :

Kenapa para Nabi semuanya menjadi pengembala domba? Padahal ada pengembala unta, pengembala sapi, atau pengembala kuda. Domba adalah binatang yang lemah, mereka lebih lemah daripada sapi dan unta. Karena lemahnya domba, mereka membutuhkan perlindungan, dan kasih sayang.

Saat Rasulullah SAW ingin memperingatkan kita terhadap bahayanya setan, apa yang dikatakan Rasul? Rasul berkata “Tetaplah dalam jamaah, dekatlah dengan teman-teman dalam jamaah karena serigala hanya akan memakan domba yang terpisah dari jamaahnya”. Kalimat ini muncul karena pengalaman Rasul sebagai pengembala domba. Serigala selalu menyerang domba yang keluar dari kawanan domba. Serigala tidak akan menyerang kawanan domba. Manusia adalah makluk yang lemah mirip dengan domba. Jika kita sendirian, maka kita menjadi sangat lemah dan menjadi mangsa yang empuk untuk setan.

Pelajaran lain yang bisa diambil adalah, hati-hati dalam memilih pekerjaan karena pekerjaan kita akan membentuk diri kita. Pengembala domba memiliki karakter yang berbeda dengan pengembala sapi, unta, dan kuda. Domba adalah binatang yang penuh kasih sayang, tetapi mereka lemah. Jadi sang pengembala domba akan belajar menjadi orang yang penuh kasih sayang dan baik kepada domba. Karena domba adalah binatang yang rapuh dan kita tidak bisa terlalu kasar terhadap domba. Itu sebabnya Para Nabi belajar untuk selalu memperlakukan pengikutnya dengan penuh kasih sayang.

Berbeda dengan domba, unta adalah binatang yang arogan. Kita tidak bisa lembut terhadap unta. Kita harus menghadapi kesombongan unta dengan kekuatan, dan kebanggaan. Hal ini membuat para pengembala unta menjadi orang yang kasar, keras, dan juga tidak sopan. Mereka belajar menjadi kasar dan keras karena pekerjaan menjadi pengembala unta menuntut mereka untuk kasar.

What you do affect you. Apa yang anda kerjakan akan berdampak terhadap diri anda. Guru biasanya memiliki kepribadian yang berbeda dengan dokter. Dokter juga memiliki kepribadian yang berbeda dengan teknisi. Kepribadian teknisi juga berbeda dengan petani.

Your work affect your personality. Guru sering memiliki sifat kebapakaan dan sering memberikan nasehat. Kadang mereka melakukan ini terhadap teman-teman mereka. Akademisi seperti dosen biasanya saat berbicara suka menggunakan istilah-istilah yang aneh dan asing bagi orang awam. Terkadang saat mereka berbicara di depan umum, mereka masih suka menggunakan istilah-istilah asing ini walaupun para pendengar tidak mengerti istilah yang mereka pakai. Kepribadian akademi akan berbeda dengan mereka yang sudah lama berkecimpung di lapangan. Orang lapangan yang memakai bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

Semua pekerjaan memiliki sisi baik dan sisi buruknya. Coba ambil yang baik dari yang kita kerjakan dan tinggalkan yang buruk. Berhati-hati dalam memilih pekerjaan. Orang politik biasanya memiliki sifat tidak jujur. Tetapi bukan berarti kita tidak boleh terjun ke politik. Karena para sahabat mencontohkan hal ini. Lingkungan politik di zaman sahabat memang berbeda dengan lingkungan politik sekarang. Saat itu politik menjunjung tinggi kejujuran dan keterbukaan, bertanggung jawab dan melayani rakyat. Apapun pekerjaan kita, sudah menjadi tugas kita untuk memperbaiki lingkungan kerja kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar